Tampilkan postingan dengan label sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sastra. Tampilkan semua postingan

Senin, 28 Maret 2011

PERKEMBANGAN SASTRA DI INDONESIA

Dijajah Jepang selama 3,5 tahun merupakan pengalaman penting dalam sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sastra pada khususnya. Bahasa Indonesia tadinya dihindari Belanda agar jangan resmi menjadi bahasa persatuan, oleh orang Jepang bahasa Indonesia dijadikan satu-satunya bahasa yang harus dipergunakan di seluruh kepulauan.
Dengan makin intensifnya penggunaan bahasa Indonesia di kepulauan Nusantara, sastra Indonesia pun mengalami intensifikasi juga. Keimin Bunka Shindomerupakan kantor pusat kebahasaan yang dibentuk oleh Jepang. Selain itu, Jepang juga mengadakan perkumpulan sandiwara dibawah P.O.S.D (Perserikatan Oesha Sandiwara Djawa ) .

Pada masa penjajahan Jepang banyak orang menulis sajak, cerpen, dan sandiwara. Sedangkan roman kurang diterbitkan hanya dua Cinta Tanah Air, karangan Nur Sultan Iskandar dan Palawija (1944) karya Karim Halim. Keduanya roman propaganda yang bernilai sastra.
Pada masa inilah bahasa Indonesia mengalami pematangan, seperti tampak pada sajak Chairil Anwar dan prosa Idrus yang tidak hanya sekedar alat untuk bercerita atau menyampaikan berita, tetapi telah menjadi alat pengucap sastra yang dewasa. Usaha inilah yang menyebabkan dimulainya suatu tradisi puisi Indonesia yang hampir tak terbatas. Bahasa sajak Khairil Anwar bukan lagi bahasa buku yang terpisah dari kehidupan, tetapi bahasa sehari-hari yang menulang-sumsum, membersit spontan.
Kehidupan yang morat-marit juga mengajar para pengarang supaya belajar hemat dengan kata-kata. Setiap kata, kalimat, setiap alinea ditimbang dengan matang, baru disodorkan kepada pembaca. Juga segala superlativisme dan perbandingan yang penuh retorika yang menjadi cirri dan kegemaran para pengarang pujangga baru telah ditinggalkan.
Selanjutnya, coba Anda cari tahu, siapa-siapa penyair dan pengarang yang karyanya terbit pada masa itu? Informasi lengkap tentang perkembangan sastra Indonesia pada periode 1942-1945 tersedia di www.geocities.com/daudp65.
Tahun 30-an
Pada tahun ini fiksi populer kembali menghangat, dengan banyaknya terbitan “roman Medan” yang R. Roolvink menyebutnya “roman pictjisan”. Sebenarnya mengapa di sebut picisan? Karena di jualnya juga se picis (sepuluh Sen).

Tahun 50-an
Yang sangat menonjol pada saat itu yaitu karya Motinggo Busye. Dan cerita-cerita silat. Karya-karya yang diterbitkanpun, kebanyakan karya-karya tahun 30-an yang belum sempat diterbitkan saat itu. Karya-karya pada saat itu penuh dengan propaganda, untuk mengganggu status kuo Jepang pada saat itu. Karya tahun 50-an hingga 70-an yang lebih mendominasi adalah cerita sex.


Tahun 70-an
Pada tahun 70-an, pertumbuhan penulis perempuan begitu pesat dan mendominasi karya-karya yang terbit. Mengapa perempuan yang mendominasi? karena Ketika industri mulai hidup, kaum wanita mulai bangkit (emansipasi). Hal ini dipengaruhi oleh budaya barat yang masuk ke Indonesia. Didukung juga oleh penerbit-penerbit yang berlabel wanita. Seperti majalah Femina (mulai terbit pada tanggal 18 September 1972) dan majalah kartini, yang didirikan oleh Lukman Umar. Majalah Kartini pertamakali diterbitkan pada tahun 1973 dan sangat populer di Indonesia.

Tahun 90-an
Pada tahun ini sastra populer sangat bergairah, tetapi yang lebih menonjol adalah sastra remajanya. Majalah-majalah remaja begitu di gandrungi. di tahun 90-an ini juga cerita Lupus semakin populer. Tapi perlu diketahui juga sastra serius mulai bangkit, ini terlihat dengan beralihnya sastra koran pada sastra serius, sehingga sastra populer dan serius mulai berbaur.

Selasa, 30 November 2010

TEKNIK MENULIS KARYA FIKSI

Arti fiksi sendiri adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi.
Ada 2 macam fiksi :
1. Fiksi imajinatif —> berdasarkan imajinasi
2. Fiksi ilmiah —> berdasarkan analisa ilmiah
*Sifat fiksi
- Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan (bukan rekayasa lho).
- Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan obyektif.
- Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkan kebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
- Manusia2 yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi & membentuk sifat dan sikap pembaca, pendengar, pemirsa.
- Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap fiksi selalu multi interpretable, artinya setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.
*Unsur Intrinksik Fiksi :
1. Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari konflik kehidupan.
2. Plot : dasar cerita; pengembangan cerita.
3. Alur : rangkaian cerita
Dalam alur hubungan tokoh bisa rapat yaitu memusat pada satu tokoh; atau renggang yaitu tokoh berjalan masing2.
Proses alur bisa maju; mundur; atau maju mundur.
Penyelesaian Alur ada alur klimaks dan ada alur anti klimaks.
4. Setting : tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi :
- setting geografis —-> tempat di mana kejadian berlangsung
- setting antropologis —-> kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan pola pikir, adat-istiadat.
5. Penokohan / Pewatakan :
tokoh digambarkan sebagai tokoh utama (protagonis), tokoh yang bertentangan (antagonis), maupun tokoh pembantu – tapi ini bukan PRT
Penghadiran tokoh bisa langsung dengan cara melakukan deskripsi, melukiskan pribadi tokoh; atau tidak langsung dengan cara dialog antar tokoh.
Bidang2 tokoh harus digambarkan :
- Bidang tampak : gesture, mimik, pakaian, milik pribadi, dsb
- Bidang yang tidak tampak : motif berupa dorongan / keinginan, psikis berupa perubahan kejiwaan, perasaan, dan religiusitas.
6. Sudut pandang : yang mendasari tema dan tujuan penulisan
Penghadiran bisa dengan :
- gaya orang pertama —> penulis terlibat sebagai salah satu tokoh
- gaya orang ketiga —> penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi tidak terlibat di dalam cerita.
7. Suasana : yang mendasari suasana cerita adalah penokohan karena perbedaan karakter sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang berhadapan dengan suasana menyedihkan, mengharukan, menantang, menyenangkan, atau memberi inspirasi.
Semua point ini harus dihadirkan secara utuh sehingga fiksi baik itu berupa cerpen, novel, drama, skenario film / sinetron sehingga pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai daya imajinatif; mempunyai tafsiran tentang tokoh, suasana, dsb; terhadap karya fiksi tersebut.
Jangan lupa : tema, plot, alur, dan setting juga harus jelas sehingga karya fiksi benar2 utuh sebagai karya seni bukan berupa sekadar curahan hati (seperti diary).

Minggu, 28 November 2010

Sebelum kamu Mengeluh

Sebelum Kamu Mengeluh...

Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,
pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,
pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa,
pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,
pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam
hidupnya.

Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda,
pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman
hidup

Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,
pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat

Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya
mandul

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak
mengerjakan tugasnya,
pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan

Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan

Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,
pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka
mempunyai pekerjaan seperti anda

Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa...

Kita semua menjawab kepada Tuhan dan ketika kamu sedang bersedih dan
hidupmu dalam kesusahan,
tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup!

Life is a gift
Live it...
Enjoy it...
Celebrate it...
And fulfill it.

Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu
Cinta diciptakan tidak untuk disimpan atau disembunyikan
Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,
Mereka cantik/tampan karena anda mencintainya. ...

It's true you don't know what you've got until it's gone
(Kamu tidak tahu apa yang telah kamu dapatkan sampai semua hal itu lenyap)
but it's also true You don't know what you've been missing until it
arrives!!!
(Kamu tidak tahu apa yang telah hilang dalam hidupmu sampai sesuatu itu
datang kepadamu)

(Anonim)

Tips Menerbitkan Novel (Part 2)

Banyak orang yang salah tujuan dalam membuat novel. Mungkin benar seandainya kita 
membuat novel nantinya pasti ingin kita terbitkan dan kenyataan yang harus dihadapi kalau 
menerbitkan sebuah novel itu ternyata susah dan buat pemula pasti sering menyerah dan 
berputus asa ketika karyanya tidak lolos seleksi penerbit. 

Ok kita tinggalkan dulu pembahasan tadi. Bila kalian yang membaca ini adalah seorang penulis 
amatir yang baru belajar membuat novel, satu hal yang perlu kalian ingat "Jangan menulis 
novel untuk penerbit" maksudnya banyak sekali orang bermimpi menghasilkan sebuah novel 
yang bisa diterbitin dan membuat kita menjadi langsung terkenal. Bermimpi seperti itu boleh 
saja tapi harus diingat bahwa kenyataannya kalian masih "pemula". Dalam kenyataan tidak ada 
kesuksesan yang instan butuh sebuah latihan berkali-kali bahkan sering gagal itu adalah suatu 
kewajaran. 

Saya tidak akan membahas secara teknik penulisan yang mudah dalam membuat novel karena 
saya sendiri bukan atau bisa dibilang juga tidak ngerti dengan EYD atau bagaimana menulis 
yang baik. Langsung saja ini tips dari saya buat kalian yang ingin bisa membuat novel (bukan 
tips membuat novel yang langsung terkenal : 

1. Menulislah untuk orang yang kalian sayang, misalkan orang tua atau pacar atau sahabat 
kalian. Seperti yang saya bilang tadi jangan menulis untuk penerbit karena karya yang hebat itu 
terlahir dari sebuah niat tulus dari pembuatnya, contohnya Laskar pelangi yang awal niatnya 
hanya untuk hadiah gurunya, malah menjadi buming seperti sekarang. Sebenarnya intinya 
bukan itu sih, ketika kita membuat karya untuk orang yang kita sayangi maka kita akan memiliki 
sebuah power tambahan untuk bisa menyelesaikan karya novel kita, karena membuat novel itu 
butuh kesabaran, komitmen menyelesaikan dan terus berpikir kreatif untuk menemukan ide-ide 
baru sehingga novel yang kita buat nantinya bisa baik. 

2. Tulislah apa yang ada dipikiran kalian, jangan memikirkan apakah ide yang muncul di 
kepala itu bagus atau tidak. Kalau ada ide langsung tulis, baru kalau sudah selesai cerita yang 
kita buat, kita lakukan revisi dan pengeditan. 

3. Tetap komitmen untuk menyelesaikan novel kita. Jujur pengalaman saya membuat novel 
pendek sepanjang 130 halaman butuh waktu empat bulan dan pada bulan pertama novel yang 
saya buat terhapus dari laptop dan parahnya lagi data filenya tidak bisa direcovery akhirnya 
buat lagi dari awal. Karena saat itu saya membuat novel itu untuk hadiah cewek yang saya 
suka jadi mau gak mau harus diselesaikan. Singkat cerita novel itu jadi. 

4. Nah setelah cerita novel yang kita buat jadi lalu apakah harus berhenti begitu saja? Banyak 
penulis pemula yang setelah menyelesaikan novelnya berhenti pada tahap ini, sebenarnya hal 
ini adalah sebuah kesalahan. Kenapa? 

Setelah selesai menulis pasti berencana untuk menerbitkannya. lalu karya itu dikirim ke 
penerbit dan parahnya novel ditolak lalu kecewa dan membuat novel lagi! Oya setelah selesai 
menulis sebaiknya kalian jadikan novel yang kalian tulis ini menjadi sebuah buku, maksudnya? 
Jadikan benar-benar buku seperti novel yang dijual di toko dan kalian harus membuat sendiri 
mulai dari desain covernya, ngeprint dan kalau jilidnya minta tolong ke tukang fotokopi biar 
bagus. Apa gunanya? Kalau boleh saya bilang itu sangat berguna menjadikan novel yang kita 
tulis menjadi sebuah buku. Banyak yang putus asa membuat novel karena mereka tidak 
mendapatkan hasil yang nyata. Ketika kita menjadikan novel yang kita buat dalam sebuah buku 
kita akan merasakan sebuah hasil yang nyata dan terlihat walaupun masih belum bisa lolos 
seleksi penerbit. 


Kita akan memiliki kumpulan novel-novel kitayang tersimpan rapi dirak buku 
dan akan membuat kita bangga dan percaya diri untuk menulis lagi dan ketika kita bisa 
menyelesaikan satu tulisan maka kemampuan kita akan bertambah dan karya yang tercipta. 
Semoga bermanfaa tips membuat novel ini.Tips ini sebenarnya pengalaman saya dalam 
membuat novel untuk pertama kalinya. 

Tips Menerbitkan Novel (Part 1)

Ini termasuk pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana awal mula saya jadi penulis? Gimana novel saya bisa diterbitkan?
Beberapa penanya mungkin sekadar pengin tahu, namun beberapa yang lain, saya yakin bertanya karena ingin jadi penulis yang karyanya diterbitkan.
ok,, kita bahas cara-cara yang bisa kamu tempuh:
  1. Lomba. Penerbit atau media masa biasa menggeler lomba untuk mencari naskah dengan kriteria tertentu atau tujuan lainnya (tanggung jawab sosial untuk mengembangkan bakat remaja misalnya). Enaknya ikut lomba adalah: naskahmu pasti dibaca. Jika menang, selain naskahmu akan diterbitkan, kamu juga bakal dapat hadiah. Cermati saja pengumuman lomba-lomba ini lewat internet atau media masa. Banyak kok. Beberapa media massa –seperti majalah Femina—bahkan menggelar lomba menulis cerpen/ cerbung sebagai event tahunan mereka. Nggak Cuma lomba cerpen lho, tapi juga ada lomba menulis puisi, resensi, hingga skenario.
  1. Melalui jalur normal. Alias kamu kirimkan naskahmu ke penerbit di luar lomba. Ini justru cara yang paling gampang dan tidak terikat periode atau pun tema tertentu. Juga tidak persyaratan khusus –seperti batasan umur misalnya--. Ingat, penerbit butuh naskah setiap saat. Jika naskahmu cocok, tentu mereka akan dengan senang hati menerbitkannya.
  1. Melalui ‘naskah hunting’. Penerbit juga biasa berburu naskah. Apalagi untuk non-fiksi. Misalnya ketika mereka butuh naskah tentang cara menggunakan facebook, mereka akan mencari penulis yang bisa menyediakan naskah tersebut. Tentunya penerbit akan mencari calon penulis yang kiprahnya lumayan banyak.
Masalahnya, gimana dong agar nama kita termasuk yang diburu penerbit? Banyak-banyaklah menulis. Dan supaya tulisanmu ‘terdengar’, pasanglah tulisanmu di internet, misalnya di blog. Atau kirimkan ke media massa. Makin terekspos tulisanmu, makin besar pula kans penerbit untuk mengetahuinya.
Bisa jadi lho blogmu dilirik oleh penerbit dan karena dinilai oke, blogmu bakal diterbitkan. Eits, ini tidak sebatas pada blog yang berupa tulisan fiksi, tapi juga blog yang berisi kisah lucu, tips-tips kecantikan, komik strip, sampai kumpulan resep.
Mungkin penerbit tidak tertarik pada temamu, tapi bisa jadi mereka menilai gayamu menulis bagus, hingga mereka memesan naskah padamu.
  1. Koneksi. Punya kenalan editor majalah? Atau karyawan di penerbitan? Coba dekati mereka. Cari tahu apa yang dibutuhkan oleh majalah atau penerbit tersebut. Cobalah kamu berdiskusi dan tawarkan tulisanmu jika memang cocok. Ih, kok KKN? Nggak juga, toh kamu tidak menyuap di sini. Penerbit juga tidak akan gegabah menerbitkan novel yang buruk hanya semata karena penulisnya kenal dengan si editor.
  1. Klub. Cukup banyak perkumpulan penulis di dunia maya maupun nyata yang bisa menampung naskah para anggotanya. Klub ini bisa berupa klub jurnalistik di sekolah, klub cerpenis di internet, hingga kursus penulisan skenario.
Mereka bisa mengumpulkan naskah dan mengirimnya ke penerbit untuk diterbitkan –baik melalui seleksi alami atau kerja sama terentu—atau bila memang memiliki dana yang cukup, klub tersebut bisa menerbitkan karya anggotanya secara mandiri. Jadi, jangan ragu untuk ikut klub penulis. Selain nambah teman, nambah wawasan, bisa juga lho naskahmu diterbitkan,
Menerbitkan sendiri. Kalau memang ada dana dan energi yang cukup, kenapa tidak kamu terbitkan sendiri naskahmu? Paling gampang ya difotokopi dan dijilid dengan sederhana. Bagus lagi bila dicetak dengan mesin cetak. Kemudian edarkan sendiri! Dee (Dewi Lestari) sukses menerbitkan Supernova dengan cara ini.